Foto : contoh konten lokal wisdom untuk pembentukan karakter peserta didik.
WAMENA, NEODETIK.NEWS ||
Catatan Refleksi.
Perilaku negatif generasi muda di wilayah Provinsi Papua Pegunungan saat ini tidak terlepas dari hasil Pendidikan masa lalu, terutama pada jenjang SD, SMP, dan SMA/K.
Apabila lembaga pendidikan berhasil memberikan pengetahuan (knowledge) yang proporsional, keterampilan (skills) terampil terukur, dan membentuk sikap (attitude) disiplin bertanggungjawab, berakhlak mulia, maka dipastikan generasi muda tidak mungkin terjebak pada hal-hal yang negatif sebagaimana yang terjadi saat ini.
Rata-rata usia pelaku kriminal di bawah 30 tahun dan bahkan usia sekolah Dasar, fakta ini mengindikasikasikan tingginya angka putus sekolah pada setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan.
Orangtua/wali siswa di Pegunungan 99% buta huruf murni, tidak ada orangtua/wali yang mengajarkan baca tulis dan apalagi bantu anak mengerjakan PR di rumah (honai/uma/lesema).
Semua orangtua/wali di Pegunungan mempercayakan anaknya ke sekolah untuk di didik dengan baik. Apakah sekolah menyadari perihal yang sangat amat penting tersebut. ...? Berdasarkan fakta-fakta yang ada, konten pembelajaran sekolah/ satuan pendidikan, program dan kebijakan pemerintah daerah, pemerintah pusat belum sesuai dengan karakteristik dasar masyarakat adat Papua Pegunungan yang merupakan anugerah tuhan yang maha esa.
Anak-anak diajarkan tidak sesuai dengan apa yang mereka dengar dan lihat seperti yang dilakukan orangtuanya serta lingkungannya. Ini yang disebut dengan "Pendidikan Anti Realitas".
Mutu Pendidikan secara nasional sampai saat ini masih menempatkan Papua secara umum dan lebih khusus lagi wilayah Papua Pegunungan di posisi buntut. Tentu ini berkorelasi dengan dinamika yang ada.
Sejauh pengamatan dan pengalaman penulis, Pemerintah selalu beralasan tentang kesulitan dalam hal akses, tata kelola, demografi, dan tingkat kemahalan. ALasan kuantitatif, administratif, dan birokratis.
Seyogyanya studi antropologi dan sosiologi menjadi panduan pemerintah dalam merumuskan program dan kebijakan untuk membangun masyarakat adat Papua Pegunungan.
Lembaga pendidikan (satuan pendidikan) harus mampu menyusun program pembelajaran kontekstual. Konten dan indikator kompetensi dasar dan Kompetensi inti dalam penyusunan rencana pembelajaran mesti berdasarkan kebiasaan dan lingkungan peserta didik tumbuh berkembang.
Orang gunung harus bangkit, tumbuh dan berkembang dengan karakteristik dasarnya. Orang gunung tidak bisa jadi orang betawi dan atau sebaliknya.
Akhir tulisan ini saya ingin menitip harapankepada Para Bupati 8 Kabupaten bersama Bapak Gubernur Papua Pegunungan agar segera
MEREKONSTRUKSI POLA PENDEKATAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PENDIDIKAN SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK DASAR MASYARAKAT ADAT PAPUA PEGUNUNGAN YANG MERUPAKAN ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA.