Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah

Sabtu, Maret 08, 2025 | Sabtu, Maret 08, 2025 WIB Last Updated 2025-03-08T16:38:51Z
Jakarta,neodetik.news || Setelah merasakan perjalanan waktu, saya berkesimpulan bahwa pacaran setelah menikah lebih baik tidak dibaca dan dipahami saja. Tapi dilaksanakan,” ujar Salim A Fillah di awal acara yang bertema nikmatnya pacaran setelah menikah ini.

Penulis buku Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah tersebut menerangkan bahwa salah satu rasa cinta yang dimilki manusia adalah cinta syahwati. Baginya, cinta jenis inilah yang tidak hanya ada rasa ketertarikan kepada lawan jenis, tetapi juga adanya rasa ingin memiliki.

Dia melanjutkan, jika cinta syahwati tersebut dibiarkan maka akan membuat seseorang tergoda untuk melakukan pacaran. ”Hal tersebut bisa mengurangi berkahnya sebuah pernikahan suatu saat nanti,” ujar pria yang menikah pada semester empat ketika kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

”Laki-laki lebih tertarik kepada wanita secara visual. Sedangkan wanita tertarik kepada laki-laki secara emosional,” tegasnya.

Menurut Salim, cinta syahwati bisa muncul karena seringnya interaksi dengan lawan jenis. ”Witing tresno jalaran soko kulino (rasa suka muncul karena terbiasa, red),” ucap Salim mengutip peribahasa Jawa. Untuk menghindari hal demikian, Salim menyarankan seseorang harus menata dan melihat ulang visi hidupnya. Karena baginya, seseorang yang mempunyai visi dan cita-cita yang cerah mampu mengesampingkan kesenangan sesaat.

Selanjutnya, pria kelahiran Yogyakarta ini mengatakan, jodoh seseorang sudah tertulis di Lauhul Mahfuz. Sehingga, bagaimanapun akan dapat jodoh itu juga.”Kalau kita ambil dengan cara yang halal, ya rasanya beda dibading kita ngambil dengan cara yang tidak sesuai syari’at. Karena rasa nggak pernah bohong,” candanya diiringi tawa seisi ruangan.

Di sesi tanya jawab, Nike, Mahasiswa Statistika menanyakan tentang tunangan dalam Islam. Salim menjawab secara riwayat pada jaman rasul tidak ada, tetapi dari segi hukum tidak ada masalah. Dia menyamakannya dengan lamaran. Yang menjadi masalah adalah jika tunangan justru mendatangkan akibat buruk.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Departemen Syiar Kampus JMMI, Bayu Wijaya mengatakan, kegiatan ini diadakan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa muslim ITS tentang Islam. Mengenai tema yang diambil, salah satu latar belakangnya adalah JMMI prihatin terhadap pencoretan tulisan dilarang pacaran di beberapa sudut kampus. ”Harapannya adalah peserta bisa ikut kegiatan-kegiatan keislaman yang lain,” ujarnya.

Di akhir acara, Salim menutup dengan doa. ”Kalau ada orang dengan jujur kepada Allah mengemukakan yang ia cita-citakan, maka Allah akan mengantarkannya kepada apa yang ia cita-citakan,” pungkasnya. 


Tim redaksi 


×
Berita Terbaru Update