Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kentut Babi Dalam 120 Hari Kerja Prabowo Subianto Tidak Punya Konsep Membangun Negara Ini !!!

Minggu, Februari 16, 2025 | Minggu, Februari 16, 2025 WIB Last Updated 2025-02-15T17:31:18Z
Jakarta,neodetik.news || Pemerintahan Prabowo Subianto yang resmi dilantik pada Oktober 2024 lalu, telah memasuki usia 120 hari kerja dalam masa kepemimpinannya. Salah satu janji terkonyol Prabowo ialah, katanya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 8% dalam masa pemerintahannya, dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui investasi, konsumsi, dan komoditi ekspor.

Namun, bualan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% itu tak ubahnya seperti kentut babi, di mana dalam periode awal ini, kinerja kabinetnya menuai beragam kritik tajam terutama terkait dengan komposisi kabinet yang super buncir dan minimnya hasil nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perputaran uang, serta daya beli masyarakat. Bahkan, data terbaru menunjukkan inflasi Indonesia pada Januari 2025 mencapai 0,7%, yang meskipun masih di bawah batas aman inflasi negara berkembang (3-5% per tahun) menimbulkan kekhawatiran jika tren ini berlanjut tanpa kebijakan yang efektif.


Nah yang bikin saya kesal dengan drama dulunya macan sekarang kucing, Prabowo berkata bahwa ia tidak peduli dengan kritik yang dilancarkan terkait kabinetnya yang buncit. Dia dengan angkuhnya menjawab “Tidak peduli, yang penting hasilnya”.

Coba pikir, apakah pernah ada pemimpin bijaksana yang seangkuh Prabowo? Dengan arogansinya menanggapi kritik itu, menunjukan sikap ketidakpantasannya untuk memimpin negara manapun.

Inflasi dan Stabilitas Ekonomi

Inflasi yang terjadi di bulan Januari 2025 yang mencapai 0,7% menunjukkan adanya tekanan harga, meskipun masih dalam batas aman tahunan (3-5%). Namun, jika tren ini berlanjut tanpa pengendalian yang efektif, inflasi dapat melonjak dan menggerus daya beli masyarakat. Sedangkan, pemangkasan anggaran yang saya kritik, menurut saya uangnya tidak 100% berputar di masyarakat. Kenapa?

Terdapat kesepakatan dengan China dalam "Food Supplementation and School Feeding Programme in Indonesia", dukungan ini merupakan bagian dari tujuh kesepakatan bilateral dan investasi bisnis senilai USD 10,07 miliar (sekitar Rp 157,64 triliun), yang mencakup berbagai sektor, termasuk MBG. Perusahaan China yang bergerak di sektor pangan, seperti COFCO (China National Cereals, Oils and Foodstuffs Corporation) atau perusahaan lain yang bergerak di bidang agribisnis, bisa saja menjadi supplier potensial. Namun, belum ada pengumuman resmi tentang perusahaan spesifik yang terlibat.

Sedangkan, US dalam Joint Statement yang diterbitkan Gedung Putih, menyebutkan bahwa US mendukung program nasional Indonesia untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak sekolah dan ibu hamil. Coba pikir, bagaimana bisa ekonomi Indonesia tumbuh melalui MBG jika perputaran uangnya juga lari ke negara lain?

Sebagai bahan informasi, menurut Milton Friedman, ekonom terkenal dari aliran monetarisme, berpendapat bahwa "inflasi selalu dan di mana saja merupakan fenomena moneter" yang disebabkan oleh pertumbuhan jumlah uang yang melebihi pertumbuhan output ekonomi. Sedangkan, minimnya perputaran uang yang produktif dan stagnasi daya beli masyarakat dalam 120 hari pertama menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal belum mampu merangsang ekonomi secara efektif.

Friedman menyarankan pengendalian jumlah uang yang beredar melalui kebijakan moneter yang ketat untuk menjaga stabilitas harga. Namun, kebijakan tersebut harus diimbangi dengan stimulus fiskal yang tepat sasaran untuk meningkatkan konsumsi dan investasi, sesuatu yang tampaknya belum dilakukan secara optimal oleh kabinet buncitnya Prabowo.

Sumber:Hnirankara
×
Berita Terbaru Update