Yefta Lengka _(Aktivis Kemanusiaan asal Wamena Papua)_
Wamena, neodetik.news _Ke Howuk Yukurugi Hasik Yasuok = Membuat jalan untuk masa depan Anak-anak"* ini adalah Thema kegiatan yang diselenggarakan oleh Panitia di Gereja Katolik St Yohanes pembaptis Yogonima Distrik Itlay Hisage Kabupaten Jayawijaya Papua Pegunungan.
Pada tanggal 04 Januari Saya diundang oleh penyelenggara untuk menyampaikan pesan kemanusiaan tentang Bahaya miras dan narkoba bagi gereja Tuhan di Yogonima. Kegiatan tersebut telah menjadi sala satu kegiatan rutin setiap awal tahun bagi Gereja Katolik St Yohanes pembaptis Yogonima.
Pembahasan dan diskusi tentang Miras dan Narkoba serta dampak-dampaknya terhadap tubuh, psikologis dan sosial menjadi hangat, karena semua umat antusias dan aktif. Semua telah melihat dampaknya dan sebagian telah mengalaminya.
Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan bahwa;
Kematian akibat miras dan narkoba adalah kebodohan terbesar dalam sejarah umat manusia. Miras dan narkoba tidak pernah menguntungkan manusia Papua (00,01% pun tidak) melainkan menimbulkan berbagai persoalan di kalangan orang Papua.
Kalau begitu Betapa bodohnya mereka yang mati karena Miras dan Narkoba.
Siapapun anda yang selalu berbicara Tentang manusia Papua harus berhenti konsumsi Miras dan Narkoba. Menjadi aktivis lingkungan, kemanusiaan, sosial, Gereja dll, tetapi jika anda masih dalam lingkaran konsumen Miras atau melegalkan miras dan narkoba atau mengabaikan peredaran miras dan narkoba di lingkungan anda, maka anda termasuk pembunuh.
Gereja harus berdiri di garis depan dalam melawan miras dan narkoba di tanah Papua. Gereja tidak hanya bicara tentang Tuhan. Sebab secara fisik juga penting untuk diselamatkan. Pemimpin Gereja harus lebih peka terhadap situasi hari ini di tanah air.
Perselingkuhan, Kehamilan diluar nikah, aborsi, penganiayaan, pemerkosaan anak dibawah umur, lakalantas, kriminalitas, kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan, Perang suku hingga meningkatkan angka HIV-AIDS di tanah Papua terjadi karena Miras dan narkoba.
Semua korban diatas adalah umat Tuhan yang dilayani oleh para Pendeta, Gembala, Pastor, Katekis Ketua Kring, ketua Lingkungan, Majelis, Diaken, Penatua, Guru Sekolah Minggu dan lain sebagainya. Lantas jika semua orang Papua mati akibat miras dan narkoba kepada siapa para hamba Tuhan ini berkhotbah?
Kita semakin hari semakin sedikit. Angka kematian lebih tinggi dari pada angka kelahiran. Lihat saja di kampung atau lingkungan anda, di awal tahun 2025 ini apakah angka kelahiran lebih banyak atau kematian.
Saya tidak pernah berpikir Negara Indonesia akan berantas Miras dan Narkoba di Tanah Papua. Dan saya selalu berpikir Negara ini tidak memiliki niat untuk selamatkan Manusia Papua ketimbang sumberdaya alam. Jadi kalau ada yang dengar di tanah Papua TNI-Polri ada untuk memberantas miras dan narkoba, itu omong kosong besar. Mereka itu aktor. Dan Fakta membuktikan itu.
Jadi, Aparat keamanan dan pemerintah Indonesia itu tidak peduli dengan manusia Papua. Siapapun Anda orang Papua yang bicara Papua merdeka harga mati dan NKRI harga mati camkan ini!
Jika kita membiarkan miras dan Narkoba maka kita membiarkan slow motion genosida terhadap orang Papua.
Dengan demikian Mari kita bangun kesadaran dari diri kita sebagai agen, kemudian dalam keluarga kita, lingkungan kita dan komunitas kita.
Tidak ada yang lebih peduli dengan anda dan bangsa anda. Kecuali anda sendiri sebagai aktor utama. Bangsa lain hanya akan bersimpati.
Yang bisa tolong orang Papua hanya orang Papua sendiri. Baku jaga. Baku kastau. Kita suda sedikit.
Tim