Nduga,neodetik.news-kembala membara penyerangan militer terhadap rakyat sipil di distrik koroptak kabupaten nduga dan membakar rumah milik warga sipil serta membunuh ternak peliharaan milik warga sipil bahkan lebih kencam membakar beberapa gereja kristen protestan di distrik koroptak hangus total. Dampak dari itu semua warga sipil yang huni di kroptak keluar mengungsi di Wamena dan sekitarnya.
Hal tersebut disampaikan oleh salah satu pengungsi majelis gereja Satune Gwijangge saat jumpai di posko darurat Halaman rumah anggota DPRD nduga barto Gwijangge
"Terjadi penyerangan ini tanpa rencana tiba-tiba di pagi subuh sekitar jam 05.00 wit saat masyarakat sedang tidur nyenyak, belum keluar dari rumah, terdengar bunyi helikopter di kira arah ke atas karena helikopter sering keluar masuk lewat koroptak namun tiba-tiba helikopter itu berputar sekitar itu dan langsung menurunkan bom lewat udara menggunakan 5 helikopter dengan pasukan militer lengkap;, ujarnya
Penyerangan dimulai subuh jam 05.00 wit sampai satu hari full tak henti-hentinya, atas penyerangan itu semua rumah, lahan tanaman sekitarnya serta hewan ternak habis total, rumah-rumah milik warga telah di bumi hanguskan kata Gwijangge
Lebih lanjut awal sejak terjadi pembantaian di gunung kabo 2 Desember 2018 itu 13/14 distrik sudah keluar pengungsi dimana -mana hingga hari ini belum kembali ke kampung halaman mereka.
Hanya kami distrik koroptak sejak pembantaian di gunung kabo 2018 kami bertahan di distrik koroptak kurang lebih 6 tahun Karena pemerintah nduga, pemerintah pusat dan semua lembaga sampaikan bahwa distrik koroptak adalah tempat pengungsian baik dari yal, Mugi mam dan sekitarnya nampung disitu;, jelasnya
tanggal 7 Desember 2024 merupakan hari kami umat kristen persiapan natal. Namun saat itu terjadi penyerangan brutal oleh negara melalui TNI polri terhadap warga sipil sehingga kami keluar pengungsi karena kami takut di bunuh, menyiksa membantai dan bakar hidup-hidup karena TNI dan polri pernah lakukan hal seperti itu;,ujar Gwijangge
Kami berkomitmen Jika saat serangan itu terjadi ada korban jiwa tentu kami tidak keluar pengungsi ke Wamena dan sekitarnya, namun karena tidak ada korban jiwa hanya harta beda dll yang bakar maka kami memutuskan keluar pengungsi demi melindungi nyawa masyarakat.
Menurut Gwijangge Kami masyarakat distrik koroptak memutuskan tidak penting Harta beda, rumah, ternak peliharaan dll yang bakar itu namun kami mengingat nyawa Manusia lebih penting dari itu sehingga rakyat sipilnya kami keluar ke Wamena dan sekitarnya karena tidak ada korban jiwa saat penyerangan itu;, ujarnya
Kata Gwijangge kami keluarga besar distrik koroptak sudah berada di Wamena dan saat ini kami bikin tenda darurat mengumpulkan masyarakat. Baik kami yang sudah datang maupun yang masih di belantara menuju ke kesini tetap tinggal di posko darurat, karena itu kami minta Pemerintah nduga, pemerintah provinsi Papua pengunungan baik lembaga legislatif maupun eksekutif mohon melihat kami di posko darurat, kami tidak akan cari keluarga lain yang duluan pengungsi disini, kami akan menunggu sampai Pemda mengunjungi;, ujarnya
Kami akan menunggu kedatangan Pemerintah provinsi maupun kabupaten kami punya hanya dua sikap yaitu kami akan kembalikan atau tetap tinggal di tenda darurat disini, karena rumah semua bakar sehingga Pemda suruh balik bangun kembali akan kami balik namun tidak urus kami tetap kami tinggal pengungsian bersama keluarga besar yang sudah keluar pengungsian sejak tahun 2018;, tutupnya
Reporter : Inggipilik Kogoya