Makasar,neodetik.news _Beberapa hari ini seluruh jagad Maya telah digemparkan dengan sebuah isu salah satu Mahasiswi Universitas Megarezky (Unimerz) berinisial SD (19) yang diduga melakukan tindakan rasisme.
Melihat isu tersebut, Civitas akademika Universitas Megarezky merasa geram, karena di Kampus Universitas Megarezky sangatlah menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan keberagaman.
Sehingga Kampus Universitas Megarezky menindak tegas dengan melakukan pemberhentian secara tidak hormat kepada mahasiswa SD (19) atau Drop Out, dan mahasiswi yang bersangkutan diserahkan ke kepolisian untuk mendapatkan proses hukum.
Keputusan tersebut diambil juga berdasarkan regulasi yang telah dikeluarkan oleh Universitas Megarezky pada tahun 2019 silam, yang tertuang pada Pasal 10 Butir 10.
Adapun isi dari poin regulasi tersebut, yakni barang siapa yang melakukan segala tindakan, sikap dan aktivitas yang mencoreng nama pribadi seseorang dan atau institusi baik secara luring maupun daring dan sangsinya adalah dikeluarkan secara tidak hormat sebagai mahasiswa.
Sebagai informasi, pada Selasa (15/10/2024) pimpinan Universitas Megarezky telah menggelar pertemuan dengan pihak kepolisian dengan mengikutsertakan pihak perwakilan dari Papua. Pertemuan ini sengaja dilakukan untuk mencari jalan keluar terkait adanya isu dugaan rasisme yang terjadi di Universitas Megarezky.
Pada pertemuan tersebut, pihak kampus Universitas Megarezky juga telah membeberkan terkait adanya regulasi serta sanksi yang akan diterima oleh mahasiswa Universitas Megarezky yang telah melakukan pelanggaran.
Dalam keterangannya, Prof. Dr. H. Anwar Ramli, SE., M.Si selaku Rektor Universitas Megarezky mengatakan bahwa kampus Unimerz tidak mentolerir adanya segala bentuk diskriminasi ataupun rasisme di lingkungan kampus. Bahkan kata dia, Unimerz berkomitmen untuk terus membina dan mendidik mahasiswa tanpa membedakan ras, agama dan suku.
“Universitas Megarezky berkomitmen untuk membina seluruh mahasiswa tanpa membedakan agama, suku, dan ras, serta tidak mentolerir segala bentuk diskriminasi ataupun rasisme di lingkungan kampus,” ungkapnya.
Sementara itu, Anton yang merupakan perwakilan dari pihak Papua mengucapkan terima kasih, karena Universitas Megarezky adalah kampus yang selalu menerima mahasiswa dari provinsi Papua paling banyak setiap tahunnya.
“Saya mau mengucapkan terima kasih, karena Universitas Megarezky adalah kampus yang selalu menerima mahasiswa dari provinsi Papua paling banyak setiap tahunnya. Bahkan sepertinya sudah ada kerjasama antara sekolah di sana dengan Universitas Megarezky, karena setelah selesai mereka semua akan lanjut di kampus ini.
Citra Universitas Megarezky sangatlah baik di kampung kita. Harapan kami kasus ini bisa cepat diselesaikan, dan kampus bisa memberikan tindakan tegas kepada mahasiswi DS (19) itu,” pungkasnya.
Reporter: Nuraini