Jakarta,neodetik.news _Kesabaran yang sudah mentok menjadi kekuatan massa untuk menggruduk Istana Perdana Menteri Bangladesh, di Ibu Kota Dhaka. Perdana Menteri Bangladesh pun terbirit-birit meninggalkan Istana yang tak lagi mampu memberi keamanan dan perlindungan terhadap dirinya yang dianggap oleh rakyat Bangladesh sejak bulan lalu -- Juli 2024 -- meminta kuota PNS (Pegawai Negeri Sipil) 30 persen untuk keluarga veteran perang Bangladesh itu dihapuskan.
Namun karena belum juga ada kata sepakat, aksi damai yang sudah sering dilakukan itu berubah menjadi kemarahan dan amuk massa yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga tak juga pernah diduga akan menjadi sangat tragis bagi pemerintahan Bangladesh.
Laporan jurnalis setempat mengungkapkan tak kurang 300 orang telah tewas selama protes yang sudah berminggu-minggu itu, karena pihak Istana masih mendapat perlindungan dari pihak keamanan.
Aksi massa yang semakin memanas itu terus berlangsung, kendati tuntutan kuota PNS untuk keluarga veteran telah dikurangi oleh Putusan Pengadilan Tinggi Bangladesh.
Karena massa yang merasa tidak puas terus mendesak Sheikh Hasina mundur sebagai Perdana Menteri Bangladesh. Akibatnya, karena tak juga mau mundur, massa aksi langsung menyerbu Istana dan merusak segenap saran yang di Istana dan Sheikh Hasina pun terbit-birit melarikan diri ke luar negeri.
Saksi mata jurnalis Bangladesh, Yeasit Arafat yang ikut meliput masuk ke Istana menyaksikan hanya sekitar 1.500 orang mampu menduduki Istana Ganabhaban dan memecahkan perabotan dan kaca penghalang untuk menangkap Sheikh Hasina yang sudah lebih dahulu melarikan diri.
Jendral Waker Uz-Zaman, Kepala Staf Angkatan Darat Bangladesh langsung mengambil alih pemerintahan Bangladesh dengan menyatakan bahwa PM. Sheikh Hasina telah mengundurkan diri dan pemerintah sementara akan dia jalankan, serta meminta warga masyarakat Bangladesh percaya kepada Tentara yang akan memulihkan perdamaian di Bangladesh.
Jendral Walker Us-Zaman juga berjanji untuk menegakkan keadilan bagi semua korban dan kejahatan yang terjadi selama protes berlangsung. Ia pun meminta massa untuk bersabar dan menghentikan segala bentuk kekerasan serta vandalisme yang masih terus terjadi.
Aksi protes yang terjadi hingga hari Minggu, 4 Agustus 2024 telah mengakibatkan jatuh korban bertambah. Setidaknya ada 101 rakyat sipil dan 14 orang polisi. Sheikh Hasina yang telah berkuasa di Bangladesh sejak tahun 2009 dengan hasil Pemilu keempat secara berturut-turut ini, akhirnya melarikan diri pada 6 Agustus 2024 ke India, setelah 15 tahun berkuasa.
Sheikh Hasina melarikan diri bersama saudara perempuannya dengan helikopter militer menuju India.
Tentara berinisiatif mengambil untuk mengambil alih pemerintahan sementara Bangladesh, sejak ditinggal PM Sheikh Hasina yang telah berusia 76 tahun itu, untuk memulihkan kekacauan yang terjadi di Bangladesh, khususnya Ibu Kota Dhaka yang belum sepenuh aman dan mereda dari kemarahan rakyat.
Laporan jurnalis setempat mengungkap setidaknya 11.000 telah ditangkap sejak protes dilakukan oleh rakyat hingga Minggu terakhir. Sekolah pun banyak yang ditutup termasuk universitas di seluruh negeri. Dan pihak yang berwenang langsung memberlakukan jam malam serta ancaman akan ditembak di tempat bagi yang tetap membangkang.
Kecuali itu, pihak berwenang pun mematikan koneksi internet pada hari Minggu hingga hari Senin, 4 - 5 Agustus 2024 untuk meredakan kerusuhan yang akan terus berlanjut. Sementara para pengunjuk rasa menyerukan "non koperatif" dengan pihak pemerintah sementara Bangladesh dengan aksi memboikot pembayaran pajak dan tagihan listrik serta rekening air. Bahkan melancarkan aksi mogok untuk tidak bekerja pada hari Minggu yang merupakan hari kerja di Bangladesh.
Aksi lanjutan itu pun dilakukan bersama angkutan umum yang ikut menghentikan operasionalnya, karena takut dan juga karena solidaritas untuk mendukung perjuangan bersama rakyat.
Gerakan rakyat yang akan tercatat dalam sejarah Bangladesh ini sepenuhnya didukung oleh partai oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh serta satap kanan Jamaat E-Islami yang selalu dihambat dan dikucilkan oleh Pemerintah Bangladesh.
Karena itu Jamaat E-Islami dinyatakan terlarang oleh pemerintah Bangladesh. Sheikh Hasina sendiri pernah menyatakan Jamaat E-Islami serta organisasi pelajar Islami Chatra Shibir dan anderbow lainnya adalah penghasut aksi kekerasan yang dominan dimotori oleh mahasiswa ini. Pada tahun 2014,
Jamaat E-Islami sudah resmi dilarang oleh pemerintah Bangladesh mengikuti Pemilu, dan KPU pun membatalkan pendaftarannya. Sepuluh tahun kemudian (2023) Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Tinggi melarang partai oposisi itu secara resmi tidak boleh ikut Pemilu.
Dokumen Atlantika Institut Nusantara juga mencatat sejak awal dari keberadaan Jamaat E-Islami sudah berdiri sejak tahun 1941 yang menentang pembentukan dan kemerdekaan Bangladesh hingga perang dengan Pakistan pada tahun 1971. Sebagian besar pemimpin partai oposisi di Bangladesh ini telah dihukum gantung atau dipenjara dalam.jumlah yang lebih banyak sejak tahun 2023, setelah Sheikh Hasina berkuasa.
Begitulah tragika Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina terpaksa dan harus melarikan diri meninggalkan kekuasaannya yang despotik bagi rakyat hingga kemarahan pun memuncak, tiada peduli berapa besar ongkos yang harus dibayar oleh rakyat dalam bentuk nyawa sekalipun, demi kemerdekaan serta hak sama yang adil itu.
Banten, 7 Agustus 2024
Sumber:Jacob ereste