Jakarta,neodetik.news _ ,Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai kegagalan dalam mengusung pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Jakarta bukanlah terletak pada PKS. Sebaliknya, kegagalan dikarenakan Anies Baswedan terbukti 'payah' dalam menjalankan misi mencari teman koalisi.
"Anies dianggap tidak mampu membawa koalisi, karena bagaimanapun PKS tidak bisa menjalankan sendiri," ujar Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, ketika dihubungi neodetik.news (10/8/2024).
Ujang mengatakan, Anies sudah melanggar janji yang telah dibuatnya bahwa dalam 40 hari akan mencari kekurangan empat kursi sebagai syarat pencalonan.
Dan itu selesainya di kemarin tanggal 4 Agustus 2024, ketika itu terjadi, Anies tidak mampu membawa 4 kursi lagi untuk menggenapkan 20 persen," ucapnya.
Maka itu, menurut Ujang, menjadi wajar apabila nantinya PKS bakal mengganti opsi dalam pelaksanaan pilkada Jakarta dengan bergabung ke dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM).
"Karena itu ada alasan bagi PKS untuk tidak mengusung Anies, ada alasan bagi PKS untuk gabung dengan Kim atau Kim plus begitu. Jadi dalam konteks itu ya mungkin -mungkin saja dan sangat besar kemungkinannya jika PKS bergabung ke pemerintah atau bergabung ke koalisi yang dukung pemerintah itu KIM plus," jelasnya.
Selain itu, kata Ujang, hubungan emosional begitu erat terlihat antara PKS dengan Partai Gerindra. Contohnya, kata Ujang, ketika Gerindra bersama PKS mendukung pasangan calon Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pada Pilkada DKI 2017.
"Hubungan sejarah Gerindra dengan PKS kan sebenarnya bagus -bagus saja. Baik -baik saja, tidak ada masalah mereka. Secara politik juga, di pilkada yang lalu kan mereka bersama -sama mengusung Anies, mengusung Anies Sandiaga Uno," ucapnya.
Tim Redaksi