Jakarta,neodetik.news _Tragedi kemanusiaan di Palestina, memantik ingatan penindasan bangsa Indonesia di masa lalu. Bila terus-menerus membiarkan kejahatan bernegara, kelak akan jauh lebih tragis dari Palestina. Kata Faizal Assegaf kepada wartawan (14/7/24)
Bicara tentang negara tidak lepas dari: Pemerintahan, rakyat, teritorial dan pengakuan dari negara lain. Di Palestina hanya ada rakyat. Lebih dari 70 tahun tak punya negara dan wilayahnya dirampas.
Di Indonesia, rakyat punya negara dan teritorial tapi sumber kekayaan alam dirampok. Celakanya, hanya segelintir orang yang berkuasa, menjadi boneka asing dan berwatak dinasti politik.
Palestina dijajah oleh Zionis Israel. Sementara bangsa Indonesia digilas oleh rezim boneka yang bersekutu dengan zionis global. Artinya, sama-sama tertindas dalam level yang berbeda.
Perampasan tanah rakyat di Papua, Sumatera, Kalimantan, Rempang, dll, gambaran yang tak beda dengan situasi di Palestina. Aktor utamanya 'Zionis Pesek', komplotan budak kapitalis global.
Realitas tersebut patut direnungkan. Ketika bangsa Indonesia menangisi rakyat Palestina, esensinya sadar atau tidak, juga merasakan hal serupa. Hanya punya slogan merdeka, tapi masih terjajah.
Ditindas dalam aneka problem ekonomi, sosial dan politik. Mereka yang berkuasa semena-mena, sulit dilepas dari watak Zionis. Kejahatan yang bersumber dari DNA sekularisme dan hedonisme.
Dahulu, bangsa Palestina bersimpati dan terdepan mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kini, kita sudah merdeka, punya negara namun hanya bisa berdemo dan berdoa membela Palestina.
Negara yang kita miliki semakin berada dalam kontrol kepentingan kapitalis global. Yang sejatinya adalah kekuatan Zionis. Tak heran, dari rezim ke rezim, hanya berpura-pura membela Palestina.
Bangkit dan galang perubahan…!
**