Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hanya Al-Qur’an yang Bisa Mengatasi Krisis Seluruh Dunia Mari Kita Kaji Bersama

Juli 22, 2024 | Juli 22, 2024 WIB Last Updated 2024-07-22T01:06:47Z
Jakarta,neodetik.news _Dunia saat ini sedang menghadapi krisis. Mulai dari krisis energi, oksigen, tanaman, pergaulan bebas dan lain-lain.

Barat atau Timur yang diharap menyelesaikan maalah itu, ternyata tidak mampu. Barat atau Timur sendiri kini juga sedang mengalami krisis di negaranya. Keduanya mengalami krisis pergaulan bebas, maraknya perzinahan, minuman keras, narkoba, LGBT dan lain-lain

Mereka kebingungan. Anak-anak mereka berumur 14 tahun sudah berzina. Minuman keras terus ditenggak, meski mereka tahu akibatnya buruk. Pengguna narkoba dimana-mana. Perkawinan sejenis banyak terjadi, bahkan ada gereja yang mengesahkannya.

Anak-anak muda yang diharap menjadi pemimpin di masa depan, ternyata banyak yang malas. Banyak yang terlena dengan game, perzinahan dan minuman keras. Lesbian, Gay, Biseksual dan ‘Transgender’ marak di kalangan mereka. Anak-anak itu tidak bisa mengurus dirinya sendiri, apalagi untuk mengurus orang lain.

Masalah kemiskinan juga sampai sekarang tidak bisa diatasi oleh Amerika yang katanya sebagai polisi dunia. Begitu juga perang terus berkecamuk, padahal perang merugikan diri mereka sendiri. Baik yang melancarkan peperangan maupun yang diperangi.


Dunia kini memerlukan sebuah pedoman. Sebuah ‘kitab suci’ yang bisa mengatasi krisis yang terjadi pada manusia. Pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan al Bana menyatakan, ”Al-Qur’an mengemukakan unsur materi dan tanah serta unsur ruh dalam komposisi diri manusia serta tentang hubungannya dengan makhluk-makhluk lain. Al-Qur’an menyeru manusia agar meningkatkan kualitas ruh yang ada pada dirinya dengan amal shalih, membersihkannya dengan makrifat kepada Allah SWT dan menyucikannya dengan mengarahkan pada kebaikan.”


Hasan al Bana juga menyatakan bahwa meski Al-Qur’an banyak berbicara tentang biologi, astronomi dan lain-lain, tapi Al-Qur’an bukan buku astronomi, botani atau zoologi.

“Tetapi Al-Qur’an mengemukakannya lantaran ia merupakan bukti-bukti kekuasaan Allah, tanda-tanda penciptaanNya yang sempurna dan bijaksana, serta indikasi-indikasi dari tindakan Allah yang luar biasa. Al-Qur’anul Karim mengemukakannya agar menjadi pelita yang menerangi manusia untuk mengenal Allah,”terang al Bana.


Tokoh besar Islam ini melanjutkan, ”Akal manusia itu senantiasa berkembang dan maju secara bertahap. Karena itu akal harus diberi ‘kebebasan’ supaya mengenal sendiri benda-benda dan bentuk-bentuknya, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kesempurnaan akal itu sendiri. 


Semakin sempurna akal manusia, maka ia semakin mampu menyingkap hal-hal yang musykil dan sulit dipahami…Saya juga telah menjelaskan bahwa keterangan Al-Qur’an mengenai benda-benda ini tidak bertentangan sedikitpun dengan fakta-fakta ilmiah yang benar, baik mengenai awal penciptaannya, fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya, atau akhir kehidupan di alam semesta ini. Ini merupakan bukti nyata bahwa kitab ini berasal dari sisi Allah SWT. “Kalau sekiranya Al-Qur’an ini bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. an Nisaa’ 82)

Hasan al Bana melanjutkan, ”Wahai akhi, Al-Qur’an telah mengemukakan perkara-perkara khusus yang berkenaan dengan alam metafisika ini. Lantas, bagaimana sikap ilmu pengetahuan yang bersifat materi terhadapnya? Yang terjadi telah datang beberapa masa kebangkitan umat manusia dalam kurun-kurun yang lalu, namun mereka mengingkari sama sekali adanya alam metafisika itu. 



Mereka tidak percaya kepada ruh, malaikat, jin dan al Malaul A’la. Mereka menggambarkan kehidupan itu seperti alat mekanik. Mereka menggambarkan makan ibarat bahan bakar, darah ibarat uap. Mereka mengatakan yang terjadi hanyalah Rahim yang melahirkan dan bumi yang menelan, dan kita tidak dibinasakan oleh apapun selain masa


. “Dan mereka berkata, Kehidupan kita hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (QS. al Jaatsiyah 24)




Tokoh Ikhwanul Muslimin ini melanjutkan, ”Perdebatan mengenai ini banyak terjadi di Eropa pada abad ke 18, pada awal-awal terjadinya revolusi industri yang dibarengi dengan berkembangnya berbagai pemikiran materialisme. Tetapi aliran pemikiran ini berangsur melemah, karena pandangan-pandangannya banyak yang salah dan karenanya tidak dapat dipertahankan. Mereka segera berfikir dan menyadari bahwa mereka dihadapan fenomena-fenomena baru yang sama sekali bukan merupan fenomena-fenomena materi. Salah satu dari buah penelitian yang mereka peroleh adalah ‘kesadaran’.


Mereka mulai berbicara tentang fenomena-fenomena non materi. Di Universitas Birmingham, pada bulan Juli 1927, mata kuliah tentang psikologi ditetapkan sebagai mata kuliah dasar di perguruan tinggi tersebut. Mereka mulai mengatakan, ”Benar, dunia ini terbagi menjadi dua, yaitu dunia fisik dan dunia metafisik. Kita memang telah berhasil meraih banyak kemajuan di lingkungan alam fisik dan kita telah berhasil memanfaatkan banyak potensinya dan di hadapan kita masih terbuka banyak pekerjaan yang berat. Namun kita mengetahui bahwa kita baru mencapai bagian awalnya, baru melangkahkan beberapa langkah untuk memahaminya.


Tim Redaksi 

×
Berita Terbaru Update