Jakarta, neodetik.news -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi mengusung Anies Baswedan-Sohibul Iman sebagai bakal calon gubernur-wakil gubernur Jakarta di Pilkada 2024.
Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan keputusan tersebut diambil dalam rapat yang digelar pada Kamis (27/6). Menurutnya, pengurus pusat partai mempertimbangkan sejumlah hal ketika memutuskan duet Anies-Sohibul.
Syaikhu menyebut salah satu pertimbangan utama pihaknya adalah pasangan yang diusung memiliki pengalaman kepemimpinan, baik di eksekutif maupun legislatif.
Pertimbangan lain yang diperhitungkan yaitu rekam jejak, serta kemampuan memimpin pemerintah daerah. "Serta peluang menangnya, probability to win-nya besar," kata Syaikhu di Jakarta kemarin.
Anies dan Sohibul sama-sama pernah menjadi rektor Universitas Paramadina. Anies lebih banyak duduk di ranah eksekutif. Ia pernah menjadi menteri pendidikan di kabinet Presiden Joko Widodo.
Anies kemudian menjadi gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Sementara Sohibul pernah duduk sebagai anggota DPR 2009-2014. Ia sempat menjadi wakil ketua DPR setahun pada periode itu. Sohibul kemudian diangkat sebagai presiden PKS.
Keputusan PKS ini bisa dibilang mengejutkan, pasalnya beberapa hari sebelumnya partai tersebut menetapkan Sohibul yang diusung menjadi calon gubernur Jakarta.
Duet Anies-Sohibul ini diprediksi tak berjalan mulus hingga ke pendaftaran pasangan calon pada akhir Agustus 2024. PKS juga masih membutuhkan tambahan kursi DPRD untuk bisa mengusung pasangan ini.
Partai atau gabungan partai politik minimal harus memiliki 22 kursi DPRD untuk mendaftarkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Sementera PKS hanya memiliki 18 kursi.
Pengamat politik yang juga Direktur LIMA Ray Rangkuti menganggap PKS terlalu buru-buru memasangkan Anies-Sohibul Iman. Menurutnya, keputusan ini justru akan merugikan PKS pada Pilkada 2024.
"Tidak ada situasi eksternal yang menghendaki PKS untuk buru-buru mendeklarasikan Anies-Iman, lebih karena perdebatan internal PKS sendiri. Dan, karenanya, tidak ada juga tujuan eksternal dari pengumuman ini," kata Ray kepada, neodetik.news (27/6).
Ray mengatakan menduetkan Anies-Sohibul sama dengan menduetkan dua orang bersaudara. Ia menyebut tak ada nilai tambah bagi pasangan ini karena Anies dan Sohibul berada di ceruk suara yang sama.
"Pemilih Anies itu ya PKS. Idola warga PKS itu ya Anies. Jadi, tidak ada nilai tambah bagi pasangan ini. Mereka hanya berkeliling di lingkaran rumah mereka masing-masing," ujarnya.
"Wajah Jakarta adalah wajah plural. Para calon, baiknya mengakomodasi pluralitas wajah Jakarta dalam menetapkan pasangan calon mereka. Maka, situasi ini, justru memberi angin segar bagi calon lain,"kata Ray menambahkan.
Keputusan rasional
Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai keputusan PKS untuk mengusung Anies-Sohibul adalah rasional dan dapat dipahami. Anies secara elektoral masih bagus di Jakarta.
Meski tidak sepopuler nama-nama lain, Pangi menilai Sohibul mempunyai latar belakang yang baik. Sohibul pernah menjabat sebagai Presiden PKS (2015-2020) dan Wakil Ketua DPR (2013-2014).
Pangi melihat Anies-Sohibul klop. Anies menjadi pengeruk elektabilitas dan Sohibul sebagai penggerak mesin partai dan dukungan logistik dari partainya.
"Anies itu citranya populis. Elektoralnya bagus. Sohibul bisa diambil dari ceruk mesin partainya yang bagus. Sohibul punya ceruk partai yang kuat," kata Pangi kepada neodetik.news.
"Apa yang diusul PKS itu juga rasional dan fair. Karena PKS selama ini ngalah terus, enggak ada yang didorong. Apalagi dengan latar belakang Sohibul Iman," imbuhnya.
Namun, Pangi menyebut permasalahan dari duet dua pasangan ini adalah soal segmentasi suara. Anies dan PKS mempunyai segmentasi yang tak jauh berbeda.
"Kemungkinan penambahan elektabilitas Anies tidak terlalu besar. Tapi peluang untuk kepilih ada," ucapnya.
Tim Redaksi