Jakarta,Dua orang kakak beradik, semula hidupnya sangat rukun, tetapi akhirnya terjatuh dalam pertengkaran serius, hanya karena kesalah pahaman kecil di antara keduanya.
Padahal selama 40 tahun mereka hidup damai harmonis berdampingan, tanpa pernah ada konflik
menegangkan di antara keduanya.
Suatu pagi, lewatlah seorang tukang kayu, mengetuk rumah sang kakak.
“Maaf tuan, saya sedang mencari pekerjaan,” kata pria itu dengan ramah. “Barangkali tuan berkenan memberikan sebuah pekerjaan untuk saya selesaikan.”
“Oh ya!” jawab sang kakak.
“Saya punya pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku…. ah sebetulnya ia adalah adikku."
“Minggu lalu ia mengeruk bendungan, lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu, sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami."
“Hmm, barangkali ia memang sengaja ingin mengejekku, tapi aku akan memberinya balasan yang setimpal."
Di situ ada gundukan kayu, aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku, sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya”.....
ungkap sang kakak kepada tukang kayu itu.
Kata tukang kayu,
“Saya mengerti Tuan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa berbahagia.”
Sang kakak meninggalkan tukang kayu itu untuk
bekerja sendirian.
Di sore hari, ketika ia kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Betapa kagetnya dia begitu melihat hasil
pekerjaan tukang kayu itu.
Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana
yang dimintanya.
Yang ada malah sebuah jembatan kayu yang melintasi sungai yang menghubungkan
ladang pertaniannya dengan ladang milik
adiknya.
Jembatan itu tampak begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.
Dari seberang, terlihat sang adik bergegas
menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
*“Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku, Kak”*.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan......
*Selisih paham dan curiga akhirnya luntur di tengah jembatan.*
Api amarah dan kebencian di antara keduanya telah padam, digantikan dengan hangatnya jalinan tali kasih.
Melihat itu, tukang kayu pun membenahi
perkakasnya dan bersiap untuk pergi.
“Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami punya banyak pekerjaan untukmu,” pinta sang kakak.
“Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,” kata tukang kayu, *“tapi masih banyak jembatan lain yang harus segera saya selesaikan......"*
Jadi......mari kita bangun lebih banyak jembatan..... *JEMBATAN SILATURRAHIM* selagi masih diberikan kesempatan oleh Yang Maha Kuasa.....
*Karena hidup terasa indah ditengah suasana yg harmonis, tenang dan damai.* 😊😊😊
Salam Damai Sahabat Permata Ummat